The House of Gucci (2021) adalah film drama kriminal biografi yang diangkat dari kisah nyata, disutradarai oleh Ridley Scott dan dibintangi oleh Lady Gaga, Adam Driver, Jared Leto, Al Pacino, dan Jeremy Irons. Film ini diadaptasi dari buku “The House of Gucci: A Sensational Story of Murder, Madness, Glamour, and Greed” karya Sara Gay Forden.
Film ini mengikuti kisah Patrizia Reggiani (Lady Gaga), wanita dari keluarga biasa yang menikah dengan Maurizio Gucci (Adam Driver), pewaris dinasti mode Gucci. Awalnya hubungan mereka penuh cinta, namun seiring waktu, ambisi, pengkhianatan, dan perebutan kekuasaan mulai merusak segalanya.
Patrizia berusaha memengaruhi bisnis keluarga Gucci, memicu konflik internal, dan mengubah arah merek ikonik ini. Film berpuncak pada peristiwa nyata yang mengejutkan dunia: pembunuhan Maurizio Gucci pada tahun 1995, yang ternyata terkait dengan Patrizia. Meski bergenre kriminal biografi, namun banyak pelajaran bisnis yang dapat dipelajari dari film ini. Terutama dalam hal identitas brand. Ini 5 pelajaran bisnis dari film “House of Gucci”.
Bisnis Keluarga Butuh Batas Jelas Antara Emosi & Profesionalisme
Dalam film, konflik antar anggota keluarga (Maurizio, Aldo, Paolo, dll.) menyebabkan keretakan besar di internal perusahaan yang membahayakan keberlangsungan bisnis itu sendiri. Dalam bisnis keluarga seperti ini, sangat penting untuk tidak mencampur aduk urusan pribadi & profesional dan membuat struktur manajemen yang jelas. Sehingga meski terjadi konflik internal di dalam keluarga, bisnis tetap dapat dijalankan secara terarah dan terstruktur.
Pentingnya Menjaga Nilai Brand
Brand adalah aset yang paling berharga. Pada film House of Gucci, Aldo Gucci mengizinkan nama Gucci ditempel di ribuan produk yang sebagian berkualitas rendah sehingga merusak nilai brand Gucci yang memiliki citra brand mewah. Dalam berbisnis penting untuk memilih kerjasama yang sejalan dengan citra brand. Sehingga citra brand akan tetap terjaga, yang mana citra ini sangat penting untuk keberlangsung bisnis jangka panjang dan menjaga loyalitas pelanggan.
Pilih Partner dengan Visi yang Sejalan
Patrizia Reggiani sangat ambisius dan agresif, sedangkan Maurizio cenderung pasif dan konservatif. Perbedaan visi ini akhirnya menimbulkan konflik serius. Pelajarannya, perbedaan memang diperlukan karena dapat membantu kita melihat berbagai sudut pandang yang berbeda, namun nilai dan tujuan jangka panjang harus tetap sejalan. Karena perbedaan yang tidak terkendali justru bisa menghancurkan arah bisnis.
Profesional Eksternal Bisa Jadi Game Changer
Ketika Gucci akhirnya menunjuk Tom Ford sebagai desainer dan investor baru masuk, perusahaan kembali bangkit dan relevan di pasar. Dapat disimpulkan terkadang saat bisnis terus mengalami masalah, mungkin sudah saatnya untuk membawa orang luar untuk memperbaiki sistem atau membawa perspektif baru. Kadang, profesional dari luar justru bisa menyelamatkan bisnis yang terlalu “tertutup”.
Lakukan Adaptasi yang Strategis dan Terukur
Maurizio Gucci mengambil langkah untuk menyelamatkan Brand Gucci. Mulai dari menghentikan lisensi murah hingga merekrut desainer muda. Usahanya memang berhasil membuat Gucci kembali relevan. Sayangnya eksekusi yang serampangan dan emosional justru membuat perusahaan terlilit hutang. Perubahan memang penting namun harus dilakukan secara strategis dan terukur.
Film ini adalah contoh klasik bahwa brand kuat bisa runtuh kalau salah urus, dan menjalankan bisnis dengan menggunakan emosi, dan ego. Dalam bisnis keluarga konflik internal justru sering kali menjadi alasan utama kehancuran bisnis dan bisa lebih merusak daripada pesaing eksternal. Apapun jenis bisnisnya, struktur manajemen bisnis harus tetap jelas.
Bisnis penuh dengan tantangan baik bisnis kecil maupun bisnis yang sudah besar sekalipun tidak akan lepas dari tantangan. Tantangan bisa datang dari mana saja internal maupun eksternal. Optimalkan pengelolaan bisnis dengan menggunakan program toko IPOS 5. Klik disini untuk informasil lebih lanjut.